Nasab Al-Faqih Al-Muqaddam Al-Imam Muhammad bin Ali Ba ‘Alawi
ra
Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam muhammad bin Sayyidina Ali bin
Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi’ Qosam bin
Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina
Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin
Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina
Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina
Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina
Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah
Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.
Beliau adalah bapak dari
semua keluarga Alawiyin, keindahan kaum muslimin dan agama Islam, batinnya
selalu dalam kejernihan yang ma'qul dan penghimpun kebenaran yang manqul,
mustanbituhl furu' minal ushul, perumus cabang-cabang hukum syara', yang digali
dari pokok-pokok ilmu fiqih, syaikh syuyukhis syari'ah (maha guru ilmu
syari'ah), imamul ahlil hakikat (pemimpin para ahli hakikat), sayidul thoifah
ash-shufiyah (penghulu kaum sufi), murakidz dairatul wilayah ar-rabbaniyah,
Qudwatul Ulama al-Muhaqqiqin (panutan para ulama ahli ilmu hakikat), tajul
a'imah al-arifin (mahkota para imam ahli ma'rifat), jamiul kamalat (yang
terhimpun padanya semua kesempurnaan).
Yang pertama kali dijuluki 'al-Faqih
al-Muqaddam' adalah waliyullah Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Marbad. Soal
gelar yang disandangnya, karena waliyullah Muhammad bin Ali seorang guru besar
yang menguasai banyak sekali ilmu-ilmu agama diantaranya ilmu fiqih. Salah
seorang guru beliau Ali Bamarwan mengatakan, bahwa beliau menguasai ilmu fiqih
sebagaimana yang dikuasai seorang ulama besar yaitu al-Allamah Muhammad bin
Hasan bin Furak al-Syafi'i', wafat tahun 406 Hijriah. Sedangkan gelar
al-Muqaddam di depan gelar al-Faqih yang berasal dari kata Qadam yang berarti
lebih diutamakan, dalam hal ini waliyullah Muhammad bin Ali sewaktu hidupnya
selalu diutamakan sampai setelah beliau wafat maqamnya yang berada di Zanbal
Tarim sering diziarahi kaum muslimin sebelum menziarahi maqam waliyullah
lainnya.Waliyullah Muhammad bin Ali dilahirkan di kota Tarim, beliau anak laki
satu-satunya dari Imam Ali bin Muhammad Shahib Marbat yang menurunkan 75 leluhur
kaum Alawiyin, sedangkan Imam Alwi bin Muhammad Shahib Marbad menurunkan 16
leluhur Alawiyin. Sayyid Muhammad bin Ali yang terkenal dengan nama al-Faqih
al-Muqaddam ialah sesepuh semua kaum Alawiyin. Beliau dilahirkan pada tahun 574
H di Tarim. Beliau seorang yang hafal al-quran dan selalu sibuk menuntut
berbagai macam cabang ilmu pengetahuan agama hingga mencapai tingkat sebagai
mujtahid mutlak. Mengenai Imam al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali, Sayyid
Idrus bin Umar al-Habsyi dalam kitabnya Iqdul Yawaqiet al-Jauhariyah mengatakan:
" Dari keistimewaan yang ada pada Sayyidina al-Faqih al-Muqaddam adalah tidak
suka menonjolkan diri, lahir dan batinnya dalam kejernihan yang ma'qul (semua
karya pemikiran) dan penghimpun kebenaran yang manqul (nash-nash Alquran dan
Sunnah). Penulis buku al-Masyra' al-Rawy berkata: "Beliau adalah seorang
mustanbith al-furu' min al-ushul (ahli merumuskan cabang-cabang hukum syara'
yang digali dari pokok-pokok ilmu fiqih. Ia adalah Syaikh Syuyukh al-syari'ah
(mahaguru ilmu syari'ah) dan seorang Imam ahli hakikat, Murakiz Dairah
al-Wilayah al-Rabbaniyah, Qudwah al-'Ulama al-Muhaqqiqin (panutan para ulama
ahli ilmu hakikat),Taj al-A'imah al-'Arifin (mahkota para Imam ahli ma'rifat)
dan dalam segala kesempurnaannya beliau berteladan kepada Amir al-Mukminin (Imam
Ali bin Abi Thalib). Thariqahnya adalah kefakiran yang hakiki dan kema'rifatan
yang fitrah."
Selain dikenal sebagai ulama yang ketinggian ilmunya diakui
oleh para Ulama Hadramaut. Beliau juga terkenal sebagai dermawan yang suka
memperhatikan nasib rakyat miskin. Setiap hari di bulan Ramadhan, rumahnya
selalu ramai oleh antrian faqir miskin yang menanti pembagian sedekah
kurma.
Di rumahnya memang selalu tersedia kurma khusus untuk menyimpan 360
guci penuh kurma, setiap hari dibagikan satu guci kurma, sehingga dalam setahun
habis 360 guci. Kurma itu adalah hasil kebun yang memang khusus untuk faqir
miskin.
Tak mengherankan jika namanya cukup harum di kalangan masyarakat
Tarim, ibu kota Hadramaut kala itu. Apalagi beliau juga dikenal sebagai Al-‘Arif
billah, Ulama besar, pemuka para Imam dan Guru, suri teladan bagi Al-‘Arifin,
penunjuk jalan bagi As-Salikin, Imam bagi Tarekat Alawiyah, yang mendapatkan
kewalian dan Karamah luar biasa, yang mempunyai jiwa bersih.
Beliau adalah
Habib Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath atau yang lebih dikenal
dengan sebutan Al-Faqih Al-Muqaddam, Ahli Fiqih yang unggul. Beliau adalah sosok
ulama yang mendapat keistimewaan dari Allah SWT, sehingga mampu menyingkap
rahasia ayat-ayatnya. Allah SWT juga memberinya kemampuan untuk menguasai
berbagai macam ilmu, baik lahir maupun batin.
Imam Muhammad bin Ali adalah
penutup para wali yang mewarisi maqom Rasulullah saw, yaitu maqom qutbiyah
al-kubro (wali quthub besar). Beliau lahir tahun 574/1154 M di kota Tarim,
dididik dengan didikan Tuhannya, hafal alquran, menguasai makna yang tersurat
maupun makna yang tersirat dari alquran.
Di masa remaja, beliau menuntut
ilmu kepada para ulama besar, antara lain:
• Al-Allamah Al-Faqih Abul
Hasan Ali bin Ahmad bin Salim Marwan Al-Hadhrami, seorang guru yang agung,
pemuka para ulama besar di Tarim
• Al-Faqih Asy-Syekh Salim bin Fadl
•
Imam Al-Faqih Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Ubaid, pengarang kitab Al-Ikmal
‘alat Tanbih.
Kecerdasannya sudah tampak sejak masa kanak-kanak, sehingga
beliau sering mendapat perhatian lebih dari guru-gurunya. Salah seorang gurunya,
Al- Imam Abdullah bin Abdurrahman, hanya akan memulai pelajaran jika muridnya
yang istimewa itu sudah hadir.
Selain itu, beliau juga belajar kepada
beberapa Ulama besar yang lain, seperti:
• Al-Qadhi Al-Faqih Ahmad bin
Muhammad Ba’Isa
• Al-Imam Muhammad bin Ahmad binAbul Hubbi
• Asy-Syekh
Sufyan Al-Yamani
• As-Sayid Al-Imam Al-Hafidz Ali bin Muhammad bin Jadid
•
As-Sayid Al-Imam Salim bin Basri
• Asy-Syekh Muhammad bin Al-Khatib
•
pamannya sendiri As-Sayid Alwi bin Muhammad Shahib Mirbath
Imam Muhammad
bin Ali belajar fiqih Syafii kepada Syaikh Abdullah bin Abdurahman Ba'abid dan
Syaikh Ahmad bin Muhammad Ba'Isa, belajar ilmu ushul dan ilmu logika kepada Imam
Ali bin Ahmad Bamarwan dan Imam Muhammad bin Ahmad bin Abilhib, belajar ilmu
tafsir dan hadits kepada seorang mujtahid bernama Sayid Ali bin Muhammad
Bajadid, belajar ilmu tasawuf dan hakikat kepada Imam Salim bin Basri, Syaikh
Muhammad bin Ali al-Khatib dan pamannya Syaikh Alwi bin Muhammad Shahib Marbath
serta Syaikh Sufyan al-Yamani yang berkunjung ke Hadramaut dan tinggal di kota
Tarim.
Dalam mengambil sanad keilmuan dan tarekat, beliau mengambil dari
dua jalur:
• Jalur pertama dari orang tua dan pamannya, sementara orang
tua dan pamannya mengambil dari kakeknya, dan terus menyambung, akhirnya sampai
kepada Rasulullah SAW.
• Jalur kedua dari seorang ulama besar pemuka
sufi, Syeikh Abu Madyan Syu’aib, melalui dua muridnya, yaitu Abdurrahman
Al-Maq’ad Al-Maghribi dan Abdullah Ash-Shaleh Al-Maghribi. Syekh Abu Madyan
mengambil dari gurunya, gurunya mengambil guru sebelumnya, dan terus sambung
menyambung, akhirnya sampai kepada Rasulullah SAW.
Masa mudanya beliau
jalani dengan penuh kesungguhan untuk mencari segala hal yang dapat mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Beliau berpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah
SAW, serta mengikuti jejak para sahabat dan para salafus shalihiin, ulama klasik
yang sholeh.
Dengan mujahadah, ikhtiar, yang cukup keras, beliau berhasil
memperoleh akhlaq mulia dan menghiasinya dengan adab-adab yang sesuai dengan
Syari’at. Sebagian besar waktunya, beliau habiskan untuk menuntut ilmu, sehingga
dalam waktu yang relative singkat, beliau sudah mengungguli beberapa ulama yang
juga mengakuinya. Mereka juga mengakui kemampuannya untuk menjadi
Imam.
Dengan usaha yang keras, dalam usia yang relatif muda, kemampuan
tarekatnya sudah mencapai peringkat Al-Arif billah. Hanya karena kuasa Allah SWT
yang berkenan mengarunia kekuatan dan keyakinanlah, beliau dapat memperoleh
kekhususan yang tidak didapatkan para wali qutub, tokoh wali, yang
lainnya.
Boleh dikata, sedetikpun hatinya tidak pernah kosong dalam
berhubungan dengan Allah SWT. Sosoknya penuh dengan sikap tawaduk dan menyukai
ketertutupan, tidak pernah pamer. Suatu ketika beliau berkirim surat kepada
seorang pemuka sufi bernama Syekh Sa’ad bin Ali Adz-Dzafari. Setelah membacanya,
Syekh Sa’ad terkagum-kagum karena merasakan asrar, rahasia kewalian dan anwar,
cahaya kewalian, didalamnya.
Dalam jawabannya, Syekh Sa’ad antara lain
menulis:
“Wahai Faqih, orang yang diberi karunia oleh Allah SWT yang tidak
dipunyai oleh siapapun, engkau adalah orang yang paling mengerti syariat dan
hakikat, baik yang lahir maupun yang batin.”
Di antara sikap tawadhu'nya, ia
tidak mengarang kitab-kitab yang besar akan tetapi ia hanya mengarang dua buah
kitab yang berisi uraian yang ringkas. Kitab tersebut berjudul Bada'ia Ulum
al-Mukasysyafah dan Ghoroib al-Musyahadat wa al-Tajalliyat. Kedua kitab tersebut
dikirimkan kepada salah seorang gurunya Syaikh Sa'adudin bin Ali al-Zhufari yang
wafat di Sihir tahun 607 hijriyah. Setelah melihat dan membacanya ia merasa
takjub atas pemikiran dan kefasihan kalam Imam Muhammad bin Ali. Kemudian surat
tersebut dibalas dengan menyebutkan di akhir tulisan suratnya: "Engkau wahai
Imam, adalah pemberi petunjuk bagi yang membutuhkannya". Imam Muhammad bin Ali
pernah ditanya tentang 300 macam masalah dari berbagai macam ilmu, maka beliau
menjawab semua masalah tersebut dengan sebaik-baiknya jawaban dan
terurai.
Rumah beliau merupakan tempat berlindung bagi para anak yatim, kaum
faqir dan para janda. Jika rumah beliau kedatangan tamu, maka ia menyambut dan
menyediakan makanan yang banyak, dimana makanan tersebut tersedia hanya dengan
mengangkat tangan beliau dan para tamu untuk berdoa dan meminta kepada Allah
swt. Sebagaimana Sabda Rasulullah saw: "Sesungguhnya para saudaraku jika ia
mengangkat tangannya untuk meminta makanan, maka akan tersedia makanan tersebut
dalam jumlah yang banyak".
Tentang ketokohan dan kepribadiannya, Imam
Syekh Abdurrahman As-Segaf berkata :
”Aku tidak pernah melihat atau
mendengar suatu kalam yang lebih kuat daripada kalam Al-Faqih Al-Muqaddam
Muhammad bin Ali, kecuali kalam para nabi. Dan aku tidak dapat mengunggulkan
seorang walipun kecuali para sahabat nabi, atau orang yang mendapat kelebihan
melalui hadits seperti Uwais Al-Qarni atau Al-Faqih Muqaddam.”
Imam al-Faqih
al-Muqaddam pernah berkata kepada kaummnya: "Kedudukan saya terhadap kalian
seperti kedudukan Nabi Muhammad kepada kaumnya". Di lain riwayat Syaikh
Abdurahman Assaqqaf berkata: "Kedudukan aku terhadap kalian seperti kedudukan
nabi Isa terhadap kaumnya". Berkata Syaikh al-Kabir Abu al-Ghoits Ibnu Jamil:
"Derajat kami tidak akan sampai seperti derajat Imam al-Faqih al-Muqaddam,
kecuali hanya sampai setengahnya saja". Dalam salah satu kalimat yang ditulisnya
kepada gurunya Syaikh Sa'aduddin, Imam al-Faqih al-Muqaddam berkata: "Aku telah
dimi'rajkan ke Sidratul Muntaha sebanyak tujuh kali (di lain riwayat dua puluh
tujuh kali)".
Para ulama Hadramaut mengakui bahwa al-Faqih al-Muqaddam
Muhammad bin Ali adalah seorang mujtahid mutlaq. Di antara keramatnya adalah:
Ketika anak beliau Ahmad mengikuti al-Faqih al-Muqaddam ke suatu wadi di
pertengahan malam, maka sesampainya di wadi tersebut beliau berdzikir dengan
mengeluarkan suara, maka batu dan pohon serta makhluq yang ada di sekeliling
tempat itu semuanya ikut berdzikir. Beliau dapat melihat negeri akhirat dan
segala kenikmatannya hanya dengan melihat di antara kedua tangannya, dan melihat
dunia dengan segala tipu dayanya melalui kedua matanya.
Sepanjang
hidupnya beliau banyak mengalami pengalaman spiritual, antara lain bertemu Nabi
Hud dan Nabi Khidir. Suatu hari ketika berziarah ke makam Nabi Hud, beliau
tertinggal;
“Ketika itu aku duduk di suatu tempat yang beratap tinggi.
Tiba-tiba datanglah Nabi Hud ke tempatku sambil membungkukkan badan agar
kepalanya tidak terkena atap. Lalu katanya:
’Wahai Syekh, jika engkau
tidak berziarah kepadaku, aku akan berziarah kepadamu’.”
Di suatu saat Imam
al-Faqih al-Muqaddam duduk bersama sahabatnya, ketika itu nabi Khidir as datang
mengunjunginya dengan bentuk seperti pria badui yang kepalanya membawa keju.
Maka berdiri Imam al-Faqih al-Muqaddam untuk mengambil keju tersebut lalu
memakannya. Para sahabatnya yang hadir saat itu merasa heran dan bertanya: siapa
dia? Maka beliau menjawab: Khidir as. Kejadian tersebut menjelaskan bahwa: Allah
telah mengangkat derajat al-Faqih al-Muqaddam sebagai seorang ahli hakikat dan
ahli kasyaf. Ini terlihat dari isyarat keju yang dimakannya dari kepala nabi
Khidir as. Keju tersebut diibaratkan sebagai buah dari hasil mujahadat para
wali. Dan dijadika Imam al-Faqih al-Muqaddam bagi para wali seperti kedudukan
malaikat Jibril terhadap para nabi. Syaikh Fadhal bin Abdullah Bafadhal berkata:
"Banyak dari manusia yang mendapat anugerah dari Imam al-Faqih al-Muqaddam
lantaran didikan dan kebaikannya khususnya dua orang syaikh al-kabir Abdullah
bin Muhammad Abbad dan syaikh Said bin Umar Balhaf.
Di zamannya, beliau
banyak menghasilkan Ulama besar. Dan yang paling utama adalah:
• Syekh
Abdullah bin Muhammad ‘Ibad dan Syekh Sa’id bin Umar Balhaf.
• Syekh
Al-Kabir Abdullah Baqushai
• Syekh Abdurrahman bin Muhammad ‘Ibad’
• Syekh
Ali bin Muhammad Al-Khatib
• dan saudaranya, Syekh Ahmad; Syekh Sa’ad bin
Abdullah Akdar
.
Imam Muhammad bin Ali al-Faqih al-Muqaddam berdoa untuk
para keturunannya agar selalu menempuh perjalanan yang baik, jiwanya tidak
dikuasai oleh kezaliman yang akan menghinakannya serta tidak ada satupun dari
anak cucunya yang meninggal kecuali dalam keadaan mastur (kewalian yang
tersembunyi).
Beliau seorang yang gemar bersedekah, setiap hari beliau
memberi sedekah sebanyak dua ribu ratl kurma kepada yang membutuhkannya,
memberdayakan tanah pertaniannya untuk kemaslahatan umum. Beliau juga menjadikan
isterinya Zainab Ummul Fuqoro sebagi khalifah beliau. Imam Muhammad bin Ali
wafat tahun 653 H /1233 M dan dimakamkan di Zanbal, Tarim pada malam Jum'at
akhir bulan Dzulhijjah.
Beliau meninggalkan lima anak : Alwi, Abdullah,
Abdurrahman, Ahmad dan Ali.
Keluarga Imam al-Faqih al-Muqaddam Muhammad
bin Ali Ra:
Imam al-Faqih al-Muqaddam Muhammad Bin Ali mempunyai isteri
bernama al-sayidah al-arif billah al-waliyah ummu al-fuqara Zainab bin Ahmad bin
Muhammad Shahib Marbath. Beliau wafat tahun 653 Hijriyah mempunyai anak:
2.
Alwi (wafat di Tarim tahun 669 H), mempunyai anak:
a. Syaikh Ali (ayah dari
Muhammad Maula Dawilah) (wafat di tarim tahun 709 H), mempunyai 6 orang
perempuan, bernama:
8. Alwiyah (istri Abu Bakar al-Wara' bin Ahmad bin
al-Faqih)
9. Bahiyah (istri Muhammad Asadullah bin Hasan Atturabi)
10.
Aisyah
11. Khadijah (istri Abdullah bin Ahmad bin Abdr. bin Alwi Ammu
al-Faqih)
12. Aisyah (Ibu Muhammad Jamalullail)
13. Zainab (Ibu Ahmad bin
Alwi bin Ahmad bin Abdr. bin Ammu al-Faqih)
14. Dan seorang anak laki-laki
bernama Syaikh Muhammad Maula al-Dawilah (Shahib al-Yabhar, wafat pada tahun 765
H).
b. Syaikh Abdullah (dikenal dengan Abdullah Ba'alawi)
Ibu dari Syaikh
Ali dan Syaikh Abdullah adalah Fathimah binti Ahmad bin Alwi bin Muhammad Shahib
Mirbath.
6. Ahmad
7. Ali
8. Abdullah, (wafat di Tarim tahun 663 H)
mempunyai seorang anak laki-laki bernama Muhammad al-Nuqaity dan anak perempuan
bernama Fathimah (Ibu dari Ahmad bin Abdullah Ba'alawi/Ayah dari Muhammad
Jamalullail).
9. Abdurahman, (wafat diantara al-Haramain), mempunyai anak
bernama Muhammad al-Ughaibar
Keturunan Abdullah bin al-Faqih dan Abdurahman
bin al-Faqih sedikit
KELUARGA SYAIKH ALI BIN SYAIKH MUHAMMAD AL-FAQIH
AL-MUQADDAM
Syaikh Ali bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam, wafat tahun 673 H,
mempunyai seorang anak bernama Hasan Atturobi (wafat di Tarim tahun 761
H).
Hasan bin Syaikh Ali Atturobi mempunyai seorang anak laki bernama
Muhammad Assadullah, wafat di Tarim tahun 778 H, mempunyai enam orang anak
laki:
1. Abdullah
2. Ali keturunannya sedikit dan terputus
3.
Husin
4. Abu Bakar Basyaiban, mempunyai dua orang anak:
a. Muhammad
(keturunannya sedikit dan terputus)
b. Ahmad (keturunannya keluarga Basyaiban
di Qasam), wafat di Aden tahun 821 H, mempunyai empat orang anak laki:
5.
Ahmad, wafat di Aden tahun 821 H, mempunyai empat orang anak laki:
a.
Muhammad (kakek keluarga Mahmul)
keturunannya terputus
b. Husin (kakek
keluarga al-Khuyul)
c. Hasan (kakek keluarga Syanbal di Makho, Zili',
Makkah)
d. Ali, mempunyai tujuh orang anak laki:
1) Muhammad
2)
Umar
3) Husin keturunannya terputus
4) Abdullah
5) Syech
6) Alwi
al-Syatiri, mempunyai empat orang anak laki:
a. Abu Bakar
b. Ali
c.
Muhammad, wafat di Aden tahun 897 H (hafal Ihya Ulumuddin), keturunannya di
Aden, Lihij.
d. Umar, mempunyai tiga orang anak laki:
1. Hasyim
keturunannya di Zili', Lihij
2. Muhammad
3. Ahmad, mempunyai lima
orang anak:
a. Abdullah (keturunannya di Sawahil)
b. Ali (keturunannya di
Jeddah, Lihij)
c. Alwi (keturunannya di India)
d. Barakat (keturunannya di
Syihir, Malaysia)
e. Muhamma (keturunannya di Tarim)
7) Abu Bakar
al-Habsyi, wafat di Tarim tahun 857 H, mempunyai seorang anak bernama Alwi, dan
Alwi mempunyai lima orang anak laki:
a. Husin (keturunannya terputus)
b.
Ahmad (keturunannya di Habasyah)
c. Muhammad al-Akbar (keturunannya
terputus)
d. Ali (keturunannya di Madinah)
e. Muhammad al-Asghor, wafat di
Tarim tahun 874 H, mempunyai empat orang anak laki:
1. Umar (keturunannya di
Tarim terputus)
2. Ali (keturunannya di Makkah)
3. Abdurahman
(keturunannya di Tarim)
4. Ahmad shohib Syi'ib, wafat di Hasisah tahun 1038
H, mempunyai Sembilan orang anak laki:
a. Umar
b. Idrus
c. Syech
d.
Husin, mempunyai dua orang anak laki:
i) Shodiq (keturunannya di Hadramaut,
Surabaya, Malaka)
ii) Muhammad (keturunannya di Makkah)
e. Hasan
(keturunannya al-Rausyan di Seiwun, Semarang)
f . Hadi, mempunyai dua orang
anak laki:
i) Abdurahman (wafat di Tarim tahun 1098 H, keturunannya di
Seiwun, Bor, Taribah, Sahil)
ii) Idrus (keturunannya di Seiwun di antaranya
keluarga Syabsyabah di Madinah, Singapura)
(g) Hasyim, wafat di Syi'ib tahun
1038 H, mempunyai dua orang anak:
i) Aqil (keturunannya di Dzi Asbah,
Semarang, Palembang, Banjarmasin)
ii) Ahmad (wafat di Bor tahun 1115 H,
keturunannya di Aceh, Trengganu, Banjarmasin, Zhufar, Syihir, Makasar)
(h)
Muhammad, mempunyai seorang anak bernama Isa wafat di Hanfar.
(i) Alwi,
mempunyai dua orang anak laki:
i) Idrus (keturunannya di Ahsa',
Qathif)
ii) Zein, wafat di Ghurfah tahun 1100 H, mempunyai dua orang
anak:
(a) Husin (keturunannya di Ghurfah)
(b) Ahmad shohib Khala' Rasyid
(wafat tahun 1144 H)
Ahmad bin Zein shohib Khala' Rasyid, mempunyai delapan
orang anak:
- Umar
- Ali
- Abdullah keturunannya terputus
-
Alwi
- Hasan
- Abu Bakar
- Muhammad (keturunannya di Ghurfah, Jawa,
Madinah)
- Ja'far, wafat di Khala' Rasyid tahun 1290 H, mempunyai empat orang
anak laki:
Salim (keturunannya terputus)
Ali
keturunannya di Khala'
Rasyid
Husin
Ahmad (keturunannya di Khala' Rasyid)
6. Hasan al-Mualim,
wafat di Tarim tahun 757 H, mempunyai dua orang anak laki:
a. Ahmad al-Mualim
(keturunannya terputus)
b. Muhammad Jamalullail Bahasan, wafat di Tarim tahun
845 H, mempunyai dua orang anak laki bernama:
1) Abdullah, wafat di Tarim
tahun 997 H, mempunyai seorang anak bernama Ahmad, dan Ahmad mempunyai empat
orang anak laki:
a. Sahal (kakek keluarga Bin Sahil di Tarim)
b.
Abdurahman (keturunannya di Tarim)
c. Abdurahman Bahasan (keturunannya di
Aceh, Asia)
d. Muhammad, mempunyai seorang anak bernama Aqil.
2) Ali,
mempunyai lima orang anak laki:
a. Muhammad
b. Alwi keturunannya
terputus
c. Abu Bakar
d. Abdurahman, mempunyai dua orang anak laki:
(1)
Muhammad (keturunannya terputus)
(2) Ahmad, mempunyai seorang anak bernama
Salim, Salim mempunyai anak bernama Muhammad al-Maghrum, Muhammad al-Maghrum
mempunyai dua orang anak yaitu:
(a) Abdurahman
(b) Abdullah Bahasan
al-Maghrum, mempunyai empat orang anak laki:
i. Muhammad al-Buuri
(keturunannya keluarga Bahasan di Madinah)
ii. Aqil al-Qadri (keturunannya
keluarga al-Qadri di Gail binYamin)
iii. Salim, mempunyai dua orang
anak:
(i) Abu Bakar (keturunannya di Syihir, Malabar Pekalongan,
Sawahil)
(ii) Muhammad al-Qadri (keluarga al-Qadri di Malaka, Syihir,
Pontianak)
iv) Ahmad (keturunannya di Sawahil)
e. Hasan, mempunyai tiga
orang anak laki:
1. Abu Bakar al-Ghusnu (keturunannya di Tarim,
terputus)
2. Muhammad Hamdun (keturunannya di India, Aden)
3. Harun, wafat
di Tarim tahun 1005 H, mempunyai empat orang anak laki:
a. Ahmad
(keturunannya keluarga Baharun di Makho)
b. Abdurahman (keturunannya
terputus)
c. Ali (keturunannya keluarga Baharun di Tarim)
d. Abdullah,
mempunyai enam orang anak laki:
i) Harun (keturunannya terputus)
ii)
Muhammad al-Akbar (keturunannya sedikit)
iii) Abdurahman
iv) Muhammad
al-Asghor keturunannya keluarga Baharun di India, Melayu, Syihir
v) Hasan
vi) Umar, mempunyai dua orang anak laki:
(i) Ali al-Sirri (kakek keluarga
al-Siri di Tarim)
(ii) Abu Bakar al-Junaid (keluarga al-Junaid di
Tarim)
Kamis, 29 Maret 2012
Imam Ahmad bin Al - Faqih Al- Muqaddam Muhammad bin Ali Ra
Nasab Imam Ahmad bin Al – Faqih Al – Muqaddam Ra.
Imam Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam muhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.
Imam Ahmad lahir dan dibesarkan di Tarim. Di samping belajar kepada ayahnya, Imam Ahmad juga belajar kepada saudaranya Alwi dan Abdullah, karena beliau adalah anak yang paling kecil dari ayahnya. Beliau juga seorang yang hafal alquran. Imam Muhammad bin Ali al-Faqih al-Muqaddam berkata: "Anakku ada lima. Alwi, Abdullah dan Abdurahman mewarisi dzatku sedangkan Ali dan Ahmad mewarisi sifatku".
Imam Ahmad selalu berjalan di atas thoriqah ayahnya, diantaranya banyak berpuasa, silaturahmi, berdzikir baik malam dan siang, sangat suka beruzlah menghindari diri dari bercampur dengan manusia. Menurut beliau, banyak bercampur dengan manusia mewariskan kebangkrutan amal. Beliau seorang yang zuhud dan tawadhu' terhadap orang yang lebih tua dan yang lebih muda.
Syaikh Sahal bin Abdullah bin Muhammad bin Hikam Baqasyir berkata: "Ketahuilah, sesungguhnya Allah telah memberi berkahnya kepada nabi Muhammad saw , dan dari nabi diberikan kepada para shalihin dan orang-orang yang berziarah pertama ke makam Sayid Ahmad sambil berkata: Assalamu'laikum wahai sayid Ahmad, engkau telah mendapatkan berkah dari nabi saw dan berkah nabi dari Allah swt".
Imam Ahmad wafat sebagai syahid pada tahun 706 hijriyah, di makamkan dekat masjid al-Arif Billah Syaikh Abdullah bin Ibrahim Baqasyir. Makamnya terkenal di kalangan masyarakat sekitar dan diperbaharui pada awal abad sepuluh.
Keluarga Imam Ahmad bin Imam Al-Faqih Al-Muqaddam.
Syaikh Ahmad bin Syaikh Muhammad al-Faqih al-Muqaddam wafat di Ajz tahun 706 H, Dikaruniai empat orang anak laki:
1. Muhammad, wafat di Tarim tahun 743 H, dikaruniai dua orang anak laki:
a. Umar, wafat di Tarim tahun 782 H, dikaruaniai seorang anak bernama Muhammad Abi Maryam.
b. Ali, wafat di Tarim tahun 830 H, dikarunai empat orang anak laki:
1) Ahmad, mempunyai seorang anak bernama Abdullah wafat di Tarim th 873 Hijriyah.
2) Abdullah mempunyai anak bernama Abdurahman al-Asqo' wafat tahun 891 Hijriyah, dan Abdurahman dikaruniai lima orang anak:
a) Abdullah
b) Ahmad keturunannya terputus
c) Abu Bakar
d) Umar
e) Muhammad al-Asqo', wafat di tarim tahun 917 H, mempunyai tiga anak
(1) Ahmad
keturunannya terputus
(2) Abdullah shohib Syubaikah
(3) Abdurahman Bilfaqih, wafat di Tarim tahun 969 H, mempunyai enam orang anak laki:
(a) Ali
(b) Abu Bakar keturunannya terputus
(c) Alwi
(d) Muhammad
(e) Husin, mempunyai enam orang anak laki:
i) Abdurahman
keturunannya terputus
ii) Ali Ulwan
iii) Ahmad, mempunyai empat orang anak:
1. Abu Bakar (keturunannya di India
2. Abdurahman (keturunannya terputus)
3. Umar (keturunannya di Tarim)
4. Abdullah, mempunyai tiga orang anak:
a. Alwi (keturunannya terputus)
b. Abu Bakar (keturunannya di India)
c. Abdullah (anaknya Muhammad dan Abdurahman)
iv) Abu Bakar,
v) Muhammad, mempunyai dua orang anak:
(i) Alwi, keturunannya di Sagathra
(ii) Husin, keturunannya keluarga al-Duwaiani di Du'an, Jawa
vi) Umar.
(f) Ahmad
2) Hasan Jabhan, (keturunannya keluarga BaJabhan)
3) Muhammad, mempunyai sebelas orang anak laki:
a) Hasan
b) Alwi al-Akbar
c) Abdullah al-Akbar
d) Abdullah al-Asghor keturunannya sedikit dan terputus.
e) Ali
f) Alwi al-Hadziq
g) Husin al-Mualim
h) Umar Sanah
i) Ibrahim al-Harots (keturunannya keluarga al-Harots, al-Zahmali, Ba-Khomir/terputus)
J) Abdurahman, mempunyai seorang anak bernamar Umar al-Hamra (wafat di Taiz tahun 889 H keturunannya di Lihij
k) Abu Bakar al-Jufri, mempunyai tiga orang anak laki bernama:
(1) Ahmad, mempunyai dua orang anak laki:
(a) Abu Bakar (keturunannya terputus)
(b) Muhammad Kuraikarih, mempunyai dua orang anak bernama:
i) Abdullah (keturunannya terputus)
ii) Ahmad al-Kaf, wafat tahun 911 H, mempunyai 2 orang anak
(a) Abu Bakar, mempunyai empat orang anak terputus keturunannya. Sedangkan yang kelima adalah Salim wafat di Tarim tahun 988 H, keturunannya keluarga al-Kaf di India, Zhufar, Marbath.
(b) Muhammad, mempunyai dua orang anak bernama:
- Ibrahim
- Ahmad.
(2) Alwi al-Khowash, mempunyai empat orang anak laki:
(a) Ahmad
keturunannya terputus
(b) Muhammad
(c) Abdurahman, keturunannya di Khuraibah, Madinah, Jeddah, Jawa.
(d) Abdullah Attarisi, mempunyai tiga orang anak laki:
i) Abdurahman (keturunannya di Tarim)
ii) Muhammad, mempunyai empat orang anak laki:
a. Ali (keturunannya di India, Syihir)
b. Abu Bakar (keturunannya di Tarisi, Zhufar)
c. Abdullah (keturunannya di Rida', Hajar)
d. Abdurahman, wafat di Tarim tahun 1307 H, mempunyai tujuh orang anak laki:
1. Abdullah (Keturunannya di Bihan, Pahang, Makkah)
2. Abu Bakar (keturunannya di Seiwun, Makkah Semarang)
3. Hadi (keturunannya Aal AlBahil di Deli)
4. Shodiq (keturunannya di Tarisi, Malabar)
5. Umar (keturunannya di Rahiyah, Du'an, Ribath)
6. Alwi (keturunannya di Sagthra)
7. Muhammad (keturunannya di India)
iii) Alwi, mempunyai dua orang laki:
(a) Abdullah Jafran (keturunannya di Tarisi)
(b) Syaichon (keturunannya keluarga al-shofi al-Jufri di Jawa, Surabaya, Tarisi)
(3) Umar al-Jufri, keturunannya di Hajar.
4) Husin, mempunyai empat orang anak laki:
a) Ali
b) Muhammad (keturunannya terputus)
c) Ahmad
d) Abdurahman al-Jazirah, wafat di Tarim tahun 884 H, anaknya:
1. Hasan keturunannya sedikit dan terputus
2. Muhammad
3. Husin keturunannya di Thiryah
4. Ahmad al-Biedh, wafat di Syihir tahun 945 H. Keturunannya keluarga al-Biedh di Syihir, Ridah, Baijapur, Aceh, Sawahil.
2. Umar, wafat tahun 743 H, dikaruniai dua orang anak:
a. Muhammad
b. Ali Ba'umar, mempunyai seorang anak bernama Umar, dan Umar dikaruniai dua orang anak:
1) Ahmad Qoyah, mempunyai dua orang anak:
a) Hasan (keturunannya terputus)
b) Abdurahman (keturunannya di India, Habasyah dan keluarga Bakriyah Ba'umar di Madinah)
2) Muhammad al-Ruchailah, keturunannya:
a. Keluarga al-Ruchailah Ba'umar di Madinah, Zhufar, Jazab
b. Keluarga al-Qosyasyi di Saihut, Zhufar, Jawa
c. Keluarga al-Bahri Ba'umar di India, Gail, Badiyah
d. Keluarga al-Hakam Abdullah bin Umar
3. Alwi, wafat di Makkah tahun 747 H, dikaruniai empat orang anak laki:
a. Muhammad, wafat di Tarim tahun 767 H.
b. Ali, wafat di Makkah keturunannya terputus
c. Abdurahman, wafat di Hayyan
d. Abdullah, mempunyai seorang anak bernama Muhammad, dan Muhammad di-karuniai dua orang anak laki:
1) Ahmad Ba Ahdak, keturunannya keluarga Asy-Syarwi dan keluargaal-Baar di Makkah, Du'an.
2) Abdurahman, mempunyai seorang anak bernama Muhammad Syarim, dan Muhammad Syarim dikaruniai seorang anak bernama Abdurahman.
Abdurahman, mempunyai dua orang anak laki:
(1) Ahmad (keturunannya di Musyaqos)
(2) Umar
4. Abu Bakar al-Wara', wafat tahun 706 H, dikuburkan dekat makam Syaikh Alwi Ammul Faqih, dikaruniai empat orang anak laki:
a. Muhammad
b. Ali keturunannya terputus
c. Hasan keturunannya keluarga Hasan al-Wara
d. Ahmad, mempunyai lima orang anak laki:
1) Umar
keturunannya terputus
2) Ali
3) Muhammad Kadad, mempunyai seorang anak bernama Umar, dan Umar dikaruniai dua orang anak laki:
a) Ali (keturunannya terputus tahun 1104 H)
b) Ahmad al-Chanam (keturunannya keluarga Chaneman di Tarim, Jawa, Palembang)
4) Abu Bakar, mempunyai dua orang anak laki:
a) Ali (kakek keluarga Maula Ahlih di Qasam)
b) Muhammad Basuyud (kakek keluarga al-Hamil di Ghaizhah, India)
5) Abdullah, mempunyai tiga orang anak laki:
a. Muhammad
b. Ahmad (keturunannya keluarga al-Huut)
Abu Bakar (keturunannya keluarga al-Ghaizhah, al-Ba'ali
Imam Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam muhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.
Imam Ahmad lahir dan dibesarkan di Tarim. Di samping belajar kepada ayahnya, Imam Ahmad juga belajar kepada saudaranya Alwi dan Abdullah, karena beliau adalah anak yang paling kecil dari ayahnya. Beliau juga seorang yang hafal alquran. Imam Muhammad bin Ali al-Faqih al-Muqaddam berkata: "Anakku ada lima. Alwi, Abdullah dan Abdurahman mewarisi dzatku sedangkan Ali dan Ahmad mewarisi sifatku".
Imam Ahmad selalu berjalan di atas thoriqah ayahnya, diantaranya banyak berpuasa, silaturahmi, berdzikir baik malam dan siang, sangat suka beruzlah menghindari diri dari bercampur dengan manusia. Menurut beliau, banyak bercampur dengan manusia mewariskan kebangkrutan amal. Beliau seorang yang zuhud dan tawadhu' terhadap orang yang lebih tua dan yang lebih muda.
Syaikh Sahal bin Abdullah bin Muhammad bin Hikam Baqasyir berkata: "Ketahuilah, sesungguhnya Allah telah memberi berkahnya kepada nabi Muhammad saw , dan dari nabi diberikan kepada para shalihin dan orang-orang yang berziarah pertama ke makam Sayid Ahmad sambil berkata: Assalamu'laikum wahai sayid Ahmad, engkau telah mendapatkan berkah dari nabi saw dan berkah nabi dari Allah swt".
Imam Ahmad wafat sebagai syahid pada tahun 706 hijriyah, di makamkan dekat masjid al-Arif Billah Syaikh Abdullah bin Ibrahim Baqasyir. Makamnya terkenal di kalangan masyarakat sekitar dan diperbaharui pada awal abad sepuluh.
Keluarga Imam Ahmad bin Imam Al-Faqih Al-Muqaddam.
Syaikh Ahmad bin Syaikh Muhammad al-Faqih al-Muqaddam wafat di Ajz tahun 706 H, Dikaruniai empat orang anak laki:
1. Muhammad, wafat di Tarim tahun 743 H, dikaruniai dua orang anak laki:
a. Umar, wafat di Tarim tahun 782 H, dikaruaniai seorang anak bernama Muhammad Abi Maryam.
b. Ali, wafat di Tarim tahun 830 H, dikarunai empat orang anak laki:
1) Ahmad, mempunyai seorang anak bernama Abdullah wafat di Tarim th 873 Hijriyah.
2) Abdullah mempunyai anak bernama Abdurahman al-Asqo' wafat tahun 891 Hijriyah, dan Abdurahman dikaruniai lima orang anak:
a) Abdullah
b) Ahmad keturunannya terputus
c) Abu Bakar
d) Umar
e) Muhammad al-Asqo', wafat di tarim tahun 917 H, mempunyai tiga anak
(1) Ahmad
keturunannya terputus
(2) Abdullah shohib Syubaikah
(3) Abdurahman Bilfaqih, wafat di Tarim tahun 969 H, mempunyai enam orang anak laki:
(a) Ali
(b) Abu Bakar keturunannya terputus
(c) Alwi
(d) Muhammad
(e) Husin, mempunyai enam orang anak laki:
i) Abdurahman
keturunannya terputus
ii) Ali Ulwan
iii) Ahmad, mempunyai empat orang anak:
1. Abu Bakar (keturunannya di India
2. Abdurahman (keturunannya terputus)
3. Umar (keturunannya di Tarim)
4. Abdullah, mempunyai tiga orang anak:
a. Alwi (keturunannya terputus)
b. Abu Bakar (keturunannya di India)
c. Abdullah (anaknya Muhammad dan Abdurahman)
iv) Abu Bakar,
v) Muhammad, mempunyai dua orang anak:
(i) Alwi, keturunannya di Sagathra
(ii) Husin, keturunannya keluarga al-Duwaiani di Du'an, Jawa
vi) Umar.
(f) Ahmad
2) Hasan Jabhan, (keturunannya keluarga BaJabhan)
3) Muhammad, mempunyai sebelas orang anak laki:
a) Hasan
b) Alwi al-Akbar
c) Abdullah al-Akbar
d) Abdullah al-Asghor keturunannya sedikit dan terputus.
e) Ali
f) Alwi al-Hadziq
g) Husin al-Mualim
h) Umar Sanah
i) Ibrahim al-Harots (keturunannya keluarga al-Harots, al-Zahmali, Ba-Khomir/terputus)
J) Abdurahman, mempunyai seorang anak bernamar Umar al-Hamra (wafat di Taiz tahun 889 H keturunannya di Lihij
k) Abu Bakar al-Jufri, mempunyai tiga orang anak laki bernama:
(1) Ahmad, mempunyai dua orang anak laki:
(a) Abu Bakar (keturunannya terputus)
(b) Muhammad Kuraikarih, mempunyai dua orang anak bernama:
i) Abdullah (keturunannya terputus)
ii) Ahmad al-Kaf, wafat tahun 911 H, mempunyai 2 orang anak
(a) Abu Bakar, mempunyai empat orang anak terputus keturunannya. Sedangkan yang kelima adalah Salim wafat di Tarim tahun 988 H, keturunannya keluarga al-Kaf di India, Zhufar, Marbath.
(b) Muhammad, mempunyai dua orang anak bernama:
- Ibrahim
- Ahmad.
(2) Alwi al-Khowash, mempunyai empat orang anak laki:
(a) Ahmad
keturunannya terputus
(b) Muhammad
(c) Abdurahman, keturunannya di Khuraibah, Madinah, Jeddah, Jawa.
(d) Abdullah Attarisi, mempunyai tiga orang anak laki:
i) Abdurahman (keturunannya di Tarim)
ii) Muhammad, mempunyai empat orang anak laki:
a. Ali (keturunannya di India, Syihir)
b. Abu Bakar (keturunannya di Tarisi, Zhufar)
c. Abdullah (keturunannya di Rida', Hajar)
d. Abdurahman, wafat di Tarim tahun 1307 H, mempunyai tujuh orang anak laki:
1. Abdullah (Keturunannya di Bihan, Pahang, Makkah)
2. Abu Bakar (keturunannya di Seiwun, Makkah Semarang)
3. Hadi (keturunannya Aal AlBahil di Deli)
4. Shodiq (keturunannya di Tarisi, Malabar)
5. Umar (keturunannya di Rahiyah, Du'an, Ribath)
6. Alwi (keturunannya di Sagthra)
7. Muhammad (keturunannya di India)
iii) Alwi, mempunyai dua orang laki:
(a) Abdullah Jafran (keturunannya di Tarisi)
(b) Syaichon (keturunannya keluarga al-shofi al-Jufri di Jawa, Surabaya, Tarisi)
(3) Umar al-Jufri, keturunannya di Hajar.
4) Husin, mempunyai empat orang anak laki:
a) Ali
b) Muhammad (keturunannya terputus)
c) Ahmad
d) Abdurahman al-Jazirah, wafat di Tarim tahun 884 H, anaknya:
1. Hasan keturunannya sedikit dan terputus
2. Muhammad
3. Husin keturunannya di Thiryah
4. Ahmad al-Biedh, wafat di Syihir tahun 945 H. Keturunannya keluarga al-Biedh di Syihir, Ridah, Baijapur, Aceh, Sawahil.
2. Umar, wafat tahun 743 H, dikaruniai dua orang anak:
a. Muhammad
b. Ali Ba'umar, mempunyai seorang anak bernama Umar, dan Umar dikaruniai dua orang anak:
1) Ahmad Qoyah, mempunyai dua orang anak:
a) Hasan (keturunannya terputus)
b) Abdurahman (keturunannya di India, Habasyah dan keluarga Bakriyah Ba'umar di Madinah)
2) Muhammad al-Ruchailah, keturunannya:
a. Keluarga al-Ruchailah Ba'umar di Madinah, Zhufar, Jazab
b. Keluarga al-Qosyasyi di Saihut, Zhufar, Jawa
c. Keluarga al-Bahri Ba'umar di India, Gail, Badiyah
d. Keluarga al-Hakam Abdullah bin Umar
3. Alwi, wafat di Makkah tahun 747 H, dikaruniai empat orang anak laki:
a. Muhammad, wafat di Tarim tahun 767 H.
b. Ali, wafat di Makkah keturunannya terputus
c. Abdurahman, wafat di Hayyan
d. Abdullah, mempunyai seorang anak bernama Muhammad, dan Muhammad di-karuniai dua orang anak laki:
1) Ahmad Ba Ahdak, keturunannya keluarga Asy-Syarwi dan keluargaal-Baar di Makkah, Du'an.
2) Abdurahman, mempunyai seorang anak bernama Muhammad Syarim, dan Muhammad Syarim dikaruniai seorang anak bernama Abdurahman.
Abdurahman, mempunyai dua orang anak laki:
(1) Ahmad (keturunannya di Musyaqos)
(2) Umar
4. Abu Bakar al-Wara', wafat tahun 706 H, dikuburkan dekat makam Syaikh Alwi Ammul Faqih, dikaruniai empat orang anak laki:
a. Muhammad
b. Ali keturunannya terputus
c. Hasan keturunannya keluarga Hasan al-Wara
d. Ahmad, mempunyai lima orang anak laki:
1) Umar
keturunannya terputus
2) Ali
3) Muhammad Kadad, mempunyai seorang anak bernama Umar, dan Umar dikaruniai dua orang anak laki:
a) Ali (keturunannya terputus tahun 1104 H)
b) Ahmad al-Chanam (keturunannya keluarga Chaneman di Tarim, Jawa, Palembang)
4) Abu Bakar, mempunyai dua orang anak laki:
a) Ali (kakek keluarga Maula Ahlih di Qasam)
b) Muhammad Basuyud (kakek keluarga al-Hamil di Ghaizhah, India)
5) Abdullah, mempunyai tiga orang anak laki:
a. Muhammad
b. Ahmad (keturunannya keluarga al-Huut)
Abu Bakar (keturunannya keluarga al-Ghaizhah, al-Ba'ali
Ahlul bayt
بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد للّه رب العا لمين، ولا حول ولا قوة إلا با للّه، اللّهم صل و سلّم على
سيد نا محمّد مفتاح باب رحمة اللّه، صلاة و سلآم دائمين بدوام ملك اللّه، وعلى آله
و صحبه ومن والاه.
______________________________________________________________________
ا نّما يريد اللّه ليذهب عنكم الرّجس اهل البيت ويطهركم تطهيرا.
( الأحزاب :33 )
“Sesungguhnya Allah swt hendak menghapuskan noda kotoran ( rijsun ) dari kalian Ahlul Bait dan Mensucikan sesuci-sucinya”
( Qs.Al-Ahzab : 33 )
قالوا أتعجبين من أمر اللّه رحمة اللّه و بركا ته عليكم أهل البيت إنه حميد مجيد.
( هود : 73 )
“Apakah engkau merasa heran atas ketetapan Allah? ( itulah ) rahmat Allah dan keberkahannya, dicurahkan atas kamu Ahlul Bait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji dan Maha Pemurah.”
( QS. Hud : 73 )
كلّ بنى أ نثى فإنّ عصبَتََهُمْ لأ بيهم ما خلا ولد فا طمة فإني أنا عصبتهم وأنا أبوهم. ( روه الطبرانى )
“Semua anak cucu Adam as ( anak turunan perempuan ) bernasabkan kepada ayah mereka, kecuali anak-anak Fathimah Az-Zahra. Akulah ayah mereka dan akulah yang menurunkan mereka.”
( HR. Thabrani )
إنّ أولاد فا طمة و ذريّتهم يسمّون أبناه صلى اللّه عليه وسلم و ينسون إليه نسبة صحيحة. ( رواه الديلمى )
“Sesungguhnya anak-anak Fathimah Az-Zahra dan semua turunannya dinamakan anak kandung Rasulullah saw, karena nasab mereka adalah nasab dari Rasulullah saw yang shohih.”
( HR. Ad-Dailamy )
إقتدوا أهل بيتي من بعدي فإنهم عترتى خلقوا من طينتى ورزقوا فهمى وعلمى فويل للمكذّبين بفضلهم من أمتى القاطعين منهم صلتي لا أنزلهم اللّه شفا عتي يوم القيامة. ( رواه الطبرانى) "Ikutilah Ahlul Baitku di belakangku ( setelah wafatku ), karena mereka adalah Dzurriyatku ( keturunanku ) dan diciptakan Allah swt dari darah dagingku serta mereka dikaruniakan pengertian (kefahaman) dariku dan ilmuku. Celakalah bagi orang-orang yang mendustakan kemuliaannya mereka dari umatku dengan sengaja memutuskan hubungan darahnya denganku, maka jelaslah Allah Ta'ala tidak akan menurunkan syafa'atku.”
( HR. Thabrani )
أحبّوا اللّه لما يغذوكم به من نعمه وأحبّونى لحبّ اللّه وأحبّوا أهل بيتى لحبّى.
( رواه الترمذى عن إبن عبّا س )
“Cintailah Allah swt karena ia selalu memberi kamu nikmat-nikmatnya. Dan cintailah aku ( Nabi saw ) karena cintamu kepada Allah swt dan cintailah keluargaku karena cintamu kepadaku.”
( HR. Turmudzi dari Ibnu Abbas )
ارقبوا محمد صلّى اللّه عليه وسلّم فى اهل بيته. ( رواه البخارى )
“Hormatilah Muhammad saw dengan memuliakan Ahli Baitnya.”
( HR. Imam Bukhari )
مثل اهلي فيكم كسفينة نوح من ركبها نجا ومن تخلّف عنها هلك.
“Ahli Baitku di tengah kalian ibarat Bahtera NUH, siapa menaikinya ia selamat dan siapa yang ketinggalan ia binasa.”
( Hadits Mutawatir : diriwayatkan banyak sahabat Nabi saw)
إنى تارك فيكم خليفتين : كتاب اللّه حبل ممدود مابين السماء والأرض وعترتى اهل وإنهما لن يفترقا حتّى يردا عليّ الحوض.( رواه أحمد، البخارى و مسلم )
“Aku tinggalkan bagi kalian dua perkara :KITABULLAH; yang merupakan tali antara langit dan bumi dan KETURUNANKU ( Ahlul Baitku ); sesungguhnya keduanya itu tidak akan berpisah hingga kembali kepadaku di Telaga Haudh.”
( HR. Imam Ahmad, Bukhari dan Muslim )
الا ايها النّاس إنما انا بشر يوشك أن يأ تي رسول اللّه ربّى فأجيب وإنّى تارك فيكم ثقتين. أوّلهما كتاب اللّه فيه الهدى والنّور فخذوا بكتاب اللّه واستمسكوا به فحثّ على كتاب اللّه ورغّب فيه ثمّ قال : وأهل بيتي. أذكركم اللّه فى أهل بيتي أذكركم اللّه فى أهل بيتي. أذكركم اللّه فى أهل بيتي.
( رواه المسلم )
“Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya aku adalah hamba Allah swt, utusan Tuhanku ( Malaikat Izroil ) hampir tiba, maka aku harus memenuhi panggilannya. Aku tinggalkan bagi kalian dua perkara :KITABULLAH; didalamnya terdapat petunjuk juga pelita ( maka Rasulullah menyuruh berpedoman dan mengembalikan sandaran pada kitabullah ) Dan AHLUL BAITKU, aku akan ingatkan akan Allah swt perihal AHLUL BAITKU, aku ingatkan akan Allah swt perihal AHLUL BAITKU.”
( HR. Muslim )
إحفظوني فى أصحابي وأصهارى فمن حفظني فيهم حفظه اللّه فى الدّنيا والأخرة ومن لم يحفظني فيهم تخلّى اللّه منه ومن تخلّى اللّه منه اوشك أن يأخذه.
( رواه البغوى عن عياض )
“Jagalah kehormatanku didalam perihal sahabat-sahabatku dan orang-orang yang bersambung kefamilian denganku. Maka barangsiapa menjaga ( kehormatan ) aku dalam hal tentang mereka, Allah swt akan melihatnya di dunia dan di Akherat ( dengan pandangan rahmat ). Dan barangsiapa tidak menjaga kehormatanku dalam hal tentang mereka itu, maka Allah swt akan membiarkannya ( jauh dari pandangan rahmat ). Dan barangsiapa dibiarkan Allah swt, kelak tentu akan ditindak oleh Allah swt,”
( HR. Al-Baghawi dari ‘Iyadh Al-Anshori ra.)
لاتزول قدما عبد حتّى يسأل عن أربع : عن عمره فيم أفناه، وعن جسده فيم أبلاه وعن ماله فيم أنفقه ومن أين اكتسبه وعن حبّنا أهل بيتى. ( رواه الطبرانى )
“Dua kaki seorang hamba pada hari Qiyamat tak dapat bergerak hingga ia ditanya tentang empat perkara : untuk apa umurnya dihabiskan, untuk apa jasadnya ia rusakkan ( dipergunakan ), kemana hartanya ia infaqkan dan darimana ia peroleh, dan ditanya tentang kecintaannya terhadap Ahlul Bait.”
( HR. Thabrani )
ادّبوا اولادكم على ثلاث خصال : حبّ نبيّكم وحبّ اهلب بيته وقرأة القرآن فإن حملة القرآن فى ظلّ اللّه يوم لاظل إلاّ ظلّه مع انبيائه.
( رواه ديلمى ابوا نصر عبد الكريم )
“Didiklah anak-anakmu tiga perkara ini : Mencintai Nabimu; Mencintai Keluarga Nabi saw ( Ahlu Bait Nabi saw ) dan Membaca ( menghafal ) Al-Qur’an, karena orang-orang hafal Al-Qur’an itu nanti dapat naungan Allah swt, bersama para Nabi-Nabi dan Orang-orang pilihan Allah swt.”
(HR. Dylami abu Nashor Abdul Karim )
خيركم خيركم لأهلى من بعدى
“Orang yang terbaik diantara kalian adalah orang-orang yang paling baik terhadap keluargaku sepeninggalku nanti.”
( HR. Abu Ya’la )
انا حرب لمن حاربتم وسلم لمن سا لمتم
( رواه احمد، التر مذى، إبن هباّن و الحكيم )
“Saya memerangi kepada orang-orang yang kalian perangi dan saya berdamai kepada orang-orang yang kalian ajak damai.”
( Sabda Nabi saw kepada Sayyidina Ali kw, Sayyidatuna Fathimah, Sayyidina Hasan ra dan Sayyidina Husein ra : HR. Ahmad, Turmudzi, Ibnu Hibban dan Al-Hakim )
مابال أقوام يؤذونى فى نسبى و ذوى رحمى! ألامن أذى نسبى وذوى رحمى فقد أذانى ومن أذانى فقد أذى اللّه تعالى. ( رواه أصحاب السنن )
“Apa urusan suatu kaum menyakitiku, baik dalam nasabku maupun sanak kerabatku! Barangsiapa yang menyakiti nasabku dan sanak keluargaku, maka ia telah menyakitiku, dan barangsiapa menyakitiku maka ia telah menyakiti Allah swt.”
( HR. Thabrani dan Baihaqi )
كلّ سبب و نسب منقطع يوم القيامة إلاّ سببى ونسبى. ( رواه الطبرانى )
“Semua tali kekerabatan dan nasab pada hari kiamat nanti terputus kecuali tali kekerabatanku dan nasabku.”
( HR. Thabrani )
ياأهل بيت رسول اللّه حبّكم # فرض من اللّه في القرآن أنزله
كفاكم من عظيم القدر أنّكم # من لم يصلّ عليكم لا صلاة له
( قال الأمام شافعى )
“Wahai Keluarga Rasulullah saw, dalam Al-Qur’an Allah swt telah menetapkan bahwa kecintaan kami terhadap kalian adalah wajib. Cukuplah kemuliaan bagi kalian, bahwa yang tidak mengucapkan Sholawat kepada kalian dalam sholat, maka gugurlah sholatnya.”
( Imam Syafi’i dalam syairnya )
“Sesungguhnya orang yang mengenal kepada orang yang mulialah termasuk orang mulia.”
( Al-Hadits )
“Kemudian kitab itu ( Al-Qur’an ) kami wariskan kepada orang-orang dari hamba kami yang telah kami pilih.”
(QS. Faathir :32 )
“Ataukah mereka manusia ( masih ) merasa iri hati terhadap apa-apa yang telah diberikan Allah swt pada orang-orang ( yang merupakan ) karunianya.”
(QS. An-Nisa : 54 )
“Tiada kelebihan bagi orang Arab atas orang Ajam ( bukan arab ), dan tiada kelebihan orang Ajam atas orang Arab, kecuali Taqwanya.”
( Al-Hadits )
”Karomah yang paling besar ialah istiqamah dalam beribadah kepada Allah SWT.” “Jangan heran pada orang yang bisa berjalan sangat cepat di bumi, atau bisa terbang di udara, atau berjalan di atas air. Karena sesungguhnya setan juga bisa melakukannya.”
( Habib Abdurrahman bin Muhammad Al-Jufri )
“Di dunia ini aku tidak pernah iri kepada seorang wali, raja atau lainnya; aku hanya iri kepada orang yang mengikuti salaf dan meneladani Nabi saw. Kebaikan terletak dalam mengikuti Salafus Saleh, mempelajari buku-buku mereka, dan meneladani ibadah, adab, akhlaq dan perilaku mereka. Orang yang mengikuti salaf tidak akan salah dan lelah.
( Al-Imam Al-Qutb Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-‘Aththas )
“Ikutilah Salaf! Barang siapa ingin beribadah kepada Allah swt, hendaknya bertanya bagaimana cara Salaf beribadah. Barang siapa ingin mengajar atau belajar, memberi manfaat atau mengambil manfaat, maka hendaknya ia bertanya bagaimana cara Salaf melakukan semua itu, dan tidak mengikuti jalan pikirannya sendiri.”
( Al-Imam Al-Qutb Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-‘Aththas )
“Musibah pertama yang menimpa masyarakat adalah peremehan mereka terhadap usaha menghafal Al-Qur’an. Musibah kedua adalah berpalingnya mereka dari buku-buku Salaf.”
( Al-Imam Al-Qutb Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-‘Aththas )
“Di antara hal yang mendorongku untuk menulis buku ini (Al-Qirthos fi Manaqibil ‘Atthas) adalah apa yang disebutkan pengarang kitab A’malut Tarikh : Barang siapa menulis seorang wali Allah SWT, maka kelak di hari kiamat ia akan bersamanya. Dan barang siapa membaca nama seorang wali Allah SWT dalam kitab Tarikh dengan rasa cinta, maka ia seakan-akan menziarahinya. Dan barang siapa menziarahi wali Allah SWT, maka semua dosanya akan diampuni Allah SWT, selama ia tidak mengganggu seorang muslim pun dalam perjalanannya.”
( Habib Ali bin Hasan Al-‘Atthas )
الحمد للّه رب العا لمين، ولا حول ولا قوة إلا با للّه، اللّهم صل و سلّم على
سيد نا محمّد مفتاح باب رحمة اللّه، صلاة و سلآم دائمين بدوام ملك اللّه، وعلى آله
و صحبه ومن والاه.
______________________________________________________________________
ا نّما يريد اللّه ليذهب عنكم الرّجس اهل البيت ويطهركم تطهيرا.
( الأحزاب :33 )
“Sesungguhnya Allah swt hendak menghapuskan noda kotoran ( rijsun ) dari kalian Ahlul Bait dan Mensucikan sesuci-sucinya”
( Qs.Al-Ahzab : 33 )
قالوا أتعجبين من أمر اللّه رحمة اللّه و بركا ته عليكم أهل البيت إنه حميد مجيد.
( هود : 73 )
“Apakah engkau merasa heran atas ketetapan Allah? ( itulah ) rahmat Allah dan keberkahannya, dicurahkan atas kamu Ahlul Bait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji dan Maha Pemurah.”
( QS. Hud : 73 )
كلّ بنى أ نثى فإنّ عصبَتََهُمْ لأ بيهم ما خلا ولد فا طمة فإني أنا عصبتهم وأنا أبوهم. ( روه الطبرانى )
“Semua anak cucu Adam as ( anak turunan perempuan ) bernasabkan kepada ayah mereka, kecuali anak-anak Fathimah Az-Zahra. Akulah ayah mereka dan akulah yang menurunkan mereka.”
( HR. Thabrani )
إنّ أولاد فا طمة و ذريّتهم يسمّون أبناه صلى اللّه عليه وسلم و ينسون إليه نسبة صحيحة. ( رواه الديلمى )
“Sesungguhnya anak-anak Fathimah Az-Zahra dan semua turunannya dinamakan anak kandung Rasulullah saw, karena nasab mereka adalah nasab dari Rasulullah saw yang shohih.”
( HR. Ad-Dailamy )
إقتدوا أهل بيتي من بعدي فإنهم عترتى خلقوا من طينتى ورزقوا فهمى وعلمى فويل للمكذّبين بفضلهم من أمتى القاطعين منهم صلتي لا أنزلهم اللّه شفا عتي يوم القيامة. ( رواه الطبرانى) "Ikutilah Ahlul Baitku di belakangku ( setelah wafatku ), karena mereka adalah Dzurriyatku ( keturunanku ) dan diciptakan Allah swt dari darah dagingku serta mereka dikaruniakan pengertian (kefahaman) dariku dan ilmuku. Celakalah bagi orang-orang yang mendustakan kemuliaannya mereka dari umatku dengan sengaja memutuskan hubungan darahnya denganku, maka jelaslah Allah Ta'ala tidak akan menurunkan syafa'atku.”
( HR. Thabrani )
أحبّوا اللّه لما يغذوكم به من نعمه وأحبّونى لحبّ اللّه وأحبّوا أهل بيتى لحبّى.
( رواه الترمذى عن إبن عبّا س )
“Cintailah Allah swt karena ia selalu memberi kamu nikmat-nikmatnya. Dan cintailah aku ( Nabi saw ) karena cintamu kepada Allah swt dan cintailah keluargaku karena cintamu kepadaku.”
( HR. Turmudzi dari Ibnu Abbas )
ارقبوا محمد صلّى اللّه عليه وسلّم فى اهل بيته. ( رواه البخارى )
“Hormatilah Muhammad saw dengan memuliakan Ahli Baitnya.”
( HR. Imam Bukhari )
مثل اهلي فيكم كسفينة نوح من ركبها نجا ومن تخلّف عنها هلك.
“Ahli Baitku di tengah kalian ibarat Bahtera NUH, siapa menaikinya ia selamat dan siapa yang ketinggalan ia binasa.”
( Hadits Mutawatir : diriwayatkan banyak sahabat Nabi saw)
إنى تارك فيكم خليفتين : كتاب اللّه حبل ممدود مابين السماء والأرض وعترتى اهل وإنهما لن يفترقا حتّى يردا عليّ الحوض.( رواه أحمد، البخارى و مسلم )
“Aku tinggalkan bagi kalian dua perkara :KITABULLAH; yang merupakan tali antara langit dan bumi dan KETURUNANKU ( Ahlul Baitku ); sesungguhnya keduanya itu tidak akan berpisah hingga kembali kepadaku di Telaga Haudh.”
( HR. Imam Ahmad, Bukhari dan Muslim )
الا ايها النّاس إنما انا بشر يوشك أن يأ تي رسول اللّه ربّى فأجيب وإنّى تارك فيكم ثقتين. أوّلهما كتاب اللّه فيه الهدى والنّور فخذوا بكتاب اللّه واستمسكوا به فحثّ على كتاب اللّه ورغّب فيه ثمّ قال : وأهل بيتي. أذكركم اللّه فى أهل بيتي أذكركم اللّه فى أهل بيتي. أذكركم اللّه فى أهل بيتي.
( رواه المسلم )
“Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya aku adalah hamba Allah swt, utusan Tuhanku ( Malaikat Izroil ) hampir tiba, maka aku harus memenuhi panggilannya. Aku tinggalkan bagi kalian dua perkara :KITABULLAH; didalamnya terdapat petunjuk juga pelita ( maka Rasulullah menyuruh berpedoman dan mengembalikan sandaran pada kitabullah ) Dan AHLUL BAITKU, aku akan ingatkan akan Allah swt perihal AHLUL BAITKU, aku ingatkan akan Allah swt perihal AHLUL BAITKU.”
( HR. Muslim )
إحفظوني فى أصحابي وأصهارى فمن حفظني فيهم حفظه اللّه فى الدّنيا والأخرة ومن لم يحفظني فيهم تخلّى اللّه منه ومن تخلّى اللّه منه اوشك أن يأخذه.
( رواه البغوى عن عياض )
“Jagalah kehormatanku didalam perihal sahabat-sahabatku dan orang-orang yang bersambung kefamilian denganku. Maka barangsiapa menjaga ( kehormatan ) aku dalam hal tentang mereka, Allah swt akan melihatnya di dunia dan di Akherat ( dengan pandangan rahmat ). Dan barangsiapa tidak menjaga kehormatanku dalam hal tentang mereka itu, maka Allah swt akan membiarkannya ( jauh dari pandangan rahmat ). Dan barangsiapa dibiarkan Allah swt, kelak tentu akan ditindak oleh Allah swt,”
( HR. Al-Baghawi dari ‘Iyadh Al-Anshori ra.)
لاتزول قدما عبد حتّى يسأل عن أربع : عن عمره فيم أفناه، وعن جسده فيم أبلاه وعن ماله فيم أنفقه ومن أين اكتسبه وعن حبّنا أهل بيتى. ( رواه الطبرانى )
“Dua kaki seorang hamba pada hari Qiyamat tak dapat bergerak hingga ia ditanya tentang empat perkara : untuk apa umurnya dihabiskan, untuk apa jasadnya ia rusakkan ( dipergunakan ), kemana hartanya ia infaqkan dan darimana ia peroleh, dan ditanya tentang kecintaannya terhadap Ahlul Bait.”
( HR. Thabrani )
ادّبوا اولادكم على ثلاث خصال : حبّ نبيّكم وحبّ اهلب بيته وقرأة القرآن فإن حملة القرآن فى ظلّ اللّه يوم لاظل إلاّ ظلّه مع انبيائه.
( رواه ديلمى ابوا نصر عبد الكريم )
“Didiklah anak-anakmu tiga perkara ini : Mencintai Nabimu; Mencintai Keluarga Nabi saw ( Ahlu Bait Nabi saw ) dan Membaca ( menghafal ) Al-Qur’an, karena orang-orang hafal Al-Qur’an itu nanti dapat naungan Allah swt, bersama para Nabi-Nabi dan Orang-orang pilihan Allah swt.”
(HR. Dylami abu Nashor Abdul Karim )
خيركم خيركم لأهلى من بعدى
“Orang yang terbaik diantara kalian adalah orang-orang yang paling baik terhadap keluargaku sepeninggalku nanti.”
( HR. Abu Ya’la )
انا حرب لمن حاربتم وسلم لمن سا لمتم
( رواه احمد، التر مذى، إبن هباّن و الحكيم )
“Saya memerangi kepada orang-orang yang kalian perangi dan saya berdamai kepada orang-orang yang kalian ajak damai.”
( Sabda Nabi saw kepada Sayyidina Ali kw, Sayyidatuna Fathimah, Sayyidina Hasan ra dan Sayyidina Husein ra : HR. Ahmad, Turmudzi, Ibnu Hibban dan Al-Hakim )
مابال أقوام يؤذونى فى نسبى و ذوى رحمى! ألامن أذى نسبى وذوى رحمى فقد أذانى ومن أذانى فقد أذى اللّه تعالى. ( رواه أصحاب السنن )
“Apa urusan suatu kaum menyakitiku, baik dalam nasabku maupun sanak kerabatku! Barangsiapa yang menyakiti nasabku dan sanak keluargaku, maka ia telah menyakitiku, dan barangsiapa menyakitiku maka ia telah menyakiti Allah swt.”
( HR. Thabrani dan Baihaqi )
كلّ سبب و نسب منقطع يوم القيامة إلاّ سببى ونسبى. ( رواه الطبرانى )
“Semua tali kekerabatan dan nasab pada hari kiamat nanti terputus kecuali tali kekerabatanku dan nasabku.”
( HR. Thabrani )
ياأهل بيت رسول اللّه حبّكم # فرض من اللّه في القرآن أنزله
كفاكم من عظيم القدر أنّكم # من لم يصلّ عليكم لا صلاة له
( قال الأمام شافعى )
“Wahai Keluarga Rasulullah saw, dalam Al-Qur’an Allah swt telah menetapkan bahwa kecintaan kami terhadap kalian adalah wajib. Cukuplah kemuliaan bagi kalian, bahwa yang tidak mengucapkan Sholawat kepada kalian dalam sholat, maka gugurlah sholatnya.”
( Imam Syafi’i dalam syairnya )
“Sesungguhnya orang yang mengenal kepada orang yang mulialah termasuk orang mulia.”
( Al-Hadits )
“Kemudian kitab itu ( Al-Qur’an ) kami wariskan kepada orang-orang dari hamba kami yang telah kami pilih.”
(QS. Faathir :32 )
“Ataukah mereka manusia ( masih ) merasa iri hati terhadap apa-apa yang telah diberikan Allah swt pada orang-orang ( yang merupakan ) karunianya.”
(QS. An-Nisa : 54 )
“Tiada kelebihan bagi orang Arab atas orang Ajam ( bukan arab ), dan tiada kelebihan orang Ajam atas orang Arab, kecuali Taqwanya.”
( Al-Hadits )
”Karomah yang paling besar ialah istiqamah dalam beribadah kepada Allah SWT.” “Jangan heran pada orang yang bisa berjalan sangat cepat di bumi, atau bisa terbang di udara, atau berjalan di atas air. Karena sesungguhnya setan juga bisa melakukannya.”
( Habib Abdurrahman bin Muhammad Al-Jufri )
“Di dunia ini aku tidak pernah iri kepada seorang wali, raja atau lainnya; aku hanya iri kepada orang yang mengikuti salaf dan meneladani Nabi saw. Kebaikan terletak dalam mengikuti Salafus Saleh, mempelajari buku-buku mereka, dan meneladani ibadah, adab, akhlaq dan perilaku mereka. Orang yang mengikuti salaf tidak akan salah dan lelah.
( Al-Imam Al-Qutb Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-‘Aththas )
“Ikutilah Salaf! Barang siapa ingin beribadah kepada Allah swt, hendaknya bertanya bagaimana cara Salaf beribadah. Barang siapa ingin mengajar atau belajar, memberi manfaat atau mengambil manfaat, maka hendaknya ia bertanya bagaimana cara Salaf melakukan semua itu, dan tidak mengikuti jalan pikirannya sendiri.”
( Al-Imam Al-Qutb Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-‘Aththas )
“Musibah pertama yang menimpa masyarakat adalah peremehan mereka terhadap usaha menghafal Al-Qur’an. Musibah kedua adalah berpalingnya mereka dari buku-buku Salaf.”
( Al-Imam Al-Qutb Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-‘Aththas )
“Di antara hal yang mendorongku untuk menulis buku ini (Al-Qirthos fi Manaqibil ‘Atthas) adalah apa yang disebutkan pengarang kitab A’malut Tarikh : Barang siapa menulis seorang wali Allah SWT, maka kelak di hari kiamat ia akan bersamanya. Dan barang siapa membaca nama seorang wali Allah SWT dalam kitab Tarikh dengan rasa cinta, maka ia seakan-akan menziarahinya. Dan barang siapa menziarahi wali Allah SWT, maka semua dosanya akan diampuni Allah SWT, selama ia tidak mengganggu seorang muslim pun dalam perjalanannya.”
( Habib Ali bin Hasan Al-‘Atthas )
Bahaya Merokok
Al Habib Al Arif Billah Ali bin Abdurrahman Al Masyhur yang tinggal di Tarim
menyebutkan dalam manaqib ayah beliau Al Habib Abdurrahman Al Masyhur bahwa sang
ayah berkata :
Suatu kali aku pernah menemani Al Habib Al Wali Al Arif Billah Ahmad Al Masyhur pada suatu undangan di rumah seseorang dari keluarga Ar Ruwayki di Tarim. Ketika itu Al Habib Muhammad bin Ali Assegaf termasuk orang yang diundang oleh seorang Syekh dari keluarga Bafadol. Saat Hb Muhammad sampai ke rumah Syekh Ar Ruwayki, beliau mendapati para undangan sedang membaca maulid Nabi. Saat itu berdekatan dengan mahallul qiyam.
Ketika Hb Ahmad Al Masyhur melihat kedatangan beliau, maka Hb Ahmad berdiri dengan tergesa-gesa dari tempatnya untuk menyambutnya di pintu rumah. Hb Ahmad pun menggandeng tangan kiri beliau. Hb Muhammad tercengang dengan sambutan Hb Ahmad. Namun beliau tetap diam dan penuh adab. Beliau lalu didudukkan di samping Hb Ahmad. Padahal Hb Ahmad adalah orang yang sangat berwibawa dan tak pernah berdiri menyambut seorang pun.
Seusai pembacaan maulid dan acara santap malam, para hadirin pulang ke rumah masing-masing. Hb Abdurrahman bercerita, “Yang tinggal hanya aku, Hb Muhammad bin Ali, Hb Ahmad Al Masyhur, dan tuan rumah.” Kemudian Hb Muhammad berbicara dengan penuh sopan santun karena melihat bahwa dirinya bukanlah seseorang yang pantas untuk disambut oleh Hb Ahmad yang ketika itu adalah Wali Qutub. "Ya Habib, aku minta maaf. Kenapa kau harus bangun dan menyambut kedatanganku di pintu depan?" Hb Ahmad pun menjawab, "Demi Allah, tidaklah aku berdiri kecuali aku melihat Rasulullah masuk bersamamu dan menggandeng tangan kananmu."
Hb Ahmad mengatakan bahwa Rasulullah SAW hadir di setiap mahallul qiyam dalam pembacaan maulid KECUALI jika di rumah tersebut ada rokok atau bau rokok.
Maka berhati-hatilah bagi setiap orang yang berakal dan berhati bersih. Jika ia menginginkan Rasulullah hadir di maulidnya, maka jauhilah ‘pohon yang menjijikkan’ dari rumahnya. Nasihat ini ditujukan bagi orang yang bersedia menerimanya. Sesungguhnya manusia lebih mengetahui akan dirinya (Al Qur’an). Apabila Rasulullah tak masuk ke rumah yang di dalamnya terdapat rokok atau bau rokok, maka bagaimana bagi orang yang menghisap rokok. Badannya, bajunya, dalam tubuhnya, semua bau rokok. Maka apabila Rasulullah tak masuk ke rumahnya, lebih-lebih malaikat Rahmat.
Maka aku berkata kepada siapa saja yang telah mendengar perkataan ini, yang ternukil dari rijalullah yang terpercaya, kemudian tak mau ingat atau tobat, maka ia berada di dalam MARABAHAYA. Semoga Allah memberi kita keselamatan dan afiah serta menjaga anak, cucu, saudara, dan teman kita dari ‘pohon yang menjijikkan’ tersebut.
(Dinukil dari kitab Masyrobil Hani karya Hb Ahmad bin Abdurrahman Assegaf)
Suatu kali aku pernah menemani Al Habib Al Wali Al Arif Billah Ahmad Al Masyhur pada suatu undangan di rumah seseorang dari keluarga Ar Ruwayki di Tarim. Ketika itu Al Habib Muhammad bin Ali Assegaf termasuk orang yang diundang oleh seorang Syekh dari keluarga Bafadol. Saat Hb Muhammad sampai ke rumah Syekh Ar Ruwayki, beliau mendapati para undangan sedang membaca maulid Nabi. Saat itu berdekatan dengan mahallul qiyam.
Ketika Hb Ahmad Al Masyhur melihat kedatangan beliau, maka Hb Ahmad berdiri dengan tergesa-gesa dari tempatnya untuk menyambutnya di pintu rumah. Hb Ahmad pun menggandeng tangan kiri beliau. Hb Muhammad tercengang dengan sambutan Hb Ahmad. Namun beliau tetap diam dan penuh adab. Beliau lalu didudukkan di samping Hb Ahmad. Padahal Hb Ahmad adalah orang yang sangat berwibawa dan tak pernah berdiri menyambut seorang pun.
Seusai pembacaan maulid dan acara santap malam, para hadirin pulang ke rumah masing-masing. Hb Abdurrahman bercerita, “Yang tinggal hanya aku, Hb Muhammad bin Ali, Hb Ahmad Al Masyhur, dan tuan rumah.” Kemudian Hb Muhammad berbicara dengan penuh sopan santun karena melihat bahwa dirinya bukanlah seseorang yang pantas untuk disambut oleh Hb Ahmad yang ketika itu adalah Wali Qutub. "Ya Habib, aku minta maaf. Kenapa kau harus bangun dan menyambut kedatanganku di pintu depan?" Hb Ahmad pun menjawab, "Demi Allah, tidaklah aku berdiri kecuali aku melihat Rasulullah masuk bersamamu dan menggandeng tangan kananmu."
Hb Ahmad mengatakan bahwa Rasulullah SAW hadir di setiap mahallul qiyam dalam pembacaan maulid KECUALI jika di rumah tersebut ada rokok atau bau rokok.
Maka berhati-hatilah bagi setiap orang yang berakal dan berhati bersih. Jika ia menginginkan Rasulullah hadir di maulidnya, maka jauhilah ‘pohon yang menjijikkan’ dari rumahnya. Nasihat ini ditujukan bagi orang yang bersedia menerimanya. Sesungguhnya manusia lebih mengetahui akan dirinya (Al Qur’an). Apabila Rasulullah tak masuk ke rumah yang di dalamnya terdapat rokok atau bau rokok, maka bagaimana bagi orang yang menghisap rokok. Badannya, bajunya, dalam tubuhnya, semua bau rokok. Maka apabila Rasulullah tak masuk ke rumahnya, lebih-lebih malaikat Rahmat.
Maka aku berkata kepada siapa saja yang telah mendengar perkataan ini, yang ternukil dari rijalullah yang terpercaya, kemudian tak mau ingat atau tobat, maka ia berada di dalam MARABAHAYA. Semoga Allah memberi kita keselamatan dan afiah serta menjaga anak, cucu, saudara, dan teman kita dari ‘pohon yang menjijikkan’ tersebut.
(Dinukil dari kitab Masyrobil Hani karya Hb Ahmad bin Abdurrahman Assegaf)
Mengenai Wanita.
Ramai yang tidak tahu bahwa ada beberapa pekara yang telah terkait dalam
hadis yang mengisahkan perbedaan darajat kaum wanita dan lelaki.
Perbedaan-perbedaan ini yang menaikan darajat kaum wanita. Ciri-ciri tersebut
diuraikan di bawah ini :-
1. Doa perempuan lebih makbul daripada lelaki kerana sifat penyayang yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulullah akan hal tersebut, jawab baginda, “Ibu lebih penyayang daripada bapa dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia”.
2. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dlm rahimnya,maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah mencatatkan baginya setiap hari dgn 1,000 kebajikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.
3. Apabila seseorang perempuan mula sakit hendak bersalin,maka Allah mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah.
4. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak,keluarlah dia dari dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkanya.
5. Apabila telah lahir anak lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan.
6. Apabila semalaman ibu tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah memberinya pahala seperti memerdekakan 70 hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah.
7. Barangsiapa yang mengembirakan akan perempuannya, darajatnya seumpama orang yang sentiasa menangis kerana takutkan Allah dan orang yang takutkan Allah akan diharamkan api neraka keatas tubuhnya.
8. Barangsiapa membawa hadiah, (barang makan dari pasar ke rumah)lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedekah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki. Maka barangsiapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail.
9. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama,maka Allah memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu daripada suaminya (10,000 tahun)
10. Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadhan,memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana sahaja yang dikehendaki.
11.Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 1,000 lelaki yang soleh.
12.Aisyah berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah, siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita?? Jawab Rasulullah,”Suaminya.” “Siapa pula berhak terhadap lelaki?” Jawab Rasulullah, “Ibunya”.
13.Apabila memanggil akan engkau dua orang ibubapamu, maka jawablah panggilan ibumu dahulu.
14.Wanita yang taat akan suaminya, ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan semua beristighfar baginya selama mana dia taat kepada suaminya serta menjaga sembahyang dan puasanya.
15. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana? mana pintu yang di kehendaki dengan tidak dihisab.
16. Syurga itu dibawah tapak kaki ibu.
17. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Nabi s.a.w) di dalam syurga.
18. Barangsiapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggungjawab, maka baginya syurga.
19. Daripada Aisyah r.a. Barangsiapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak perempuannya, lalu berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka.
Jadi, janganlah sesekali kita merasa lemah. wanita sebenarnya yang membuat seseorang lelaki itu kuat. Itulah salah satu sebab mengapa Nabi meletakan wanita setaraf pada lelaki dan tidak lebih rendah
Artikel dari Grup ‘Aku cinta baca Qur’an-Hadist & Kisah teladan-Hikmah.
1. Doa perempuan lebih makbul daripada lelaki kerana sifat penyayang yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulullah akan hal tersebut, jawab baginda, “Ibu lebih penyayang daripada bapa dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia”.
2. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dlm rahimnya,maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah mencatatkan baginya setiap hari dgn 1,000 kebajikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.
3. Apabila seseorang perempuan mula sakit hendak bersalin,maka Allah mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah.
4. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak,keluarlah dia dari dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkanya.
5. Apabila telah lahir anak lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan.
6. Apabila semalaman ibu tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah memberinya pahala seperti memerdekakan 70 hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah.
7. Barangsiapa yang mengembirakan akan perempuannya, darajatnya seumpama orang yang sentiasa menangis kerana takutkan Allah dan orang yang takutkan Allah akan diharamkan api neraka keatas tubuhnya.
8. Barangsiapa membawa hadiah, (barang makan dari pasar ke rumah)lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedekah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki. Maka barangsiapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail.
9. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama,maka Allah memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu daripada suaminya (10,000 tahun)
10. Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadhan,memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana sahaja yang dikehendaki.
11.Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 1,000 lelaki yang soleh.
12.Aisyah berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah, siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita?? Jawab Rasulullah,”Suaminya.” “Siapa pula berhak terhadap lelaki?” Jawab Rasulullah, “Ibunya”.
13.Apabila memanggil akan engkau dua orang ibubapamu, maka jawablah panggilan ibumu dahulu.
14.Wanita yang taat akan suaminya, ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan semua beristighfar baginya selama mana dia taat kepada suaminya serta menjaga sembahyang dan puasanya.
15. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana? mana pintu yang di kehendaki dengan tidak dihisab.
16. Syurga itu dibawah tapak kaki ibu.
17. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Nabi s.a.w) di dalam syurga.
18. Barangsiapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggungjawab, maka baginya syurga.
19. Daripada Aisyah r.a. Barangsiapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak perempuannya, lalu berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka.
Jadi, janganlah sesekali kita merasa lemah. wanita sebenarnya yang membuat seseorang lelaki itu kuat. Itulah salah satu sebab mengapa Nabi meletakan wanita setaraf pada lelaki dan tidak lebih rendah
Artikel dari Grup ‘Aku cinta baca Qur’an-Hadist & Kisah teladan-Hikmah.
Rabu, 21 Maret 2012
Jadual Bacaan Surah-surah Dalam Solat Fardhu Harian
إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى اْلمُؤْمِنِيْنَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
Jadual
Bacaan Surah-surah Dalam Solat Fardhu Harian
Asar
|
Dhuhor
|
Subuh
|
Isya’
|
Maghrib
|
Raka’at
|
Hari
|
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ
Surah
94 - Al Inshirah
|
يُسَبَّحُ اللهِ
Surah
62 - Al Jumua’sh
|
آلَمِ تَنْزِيْلُ الْكِتَبِ
Surah
32 - Al Sajdah
|
سَبِّحِ اَسْمَ
Surah
87 - Al A’la
|
قُلْ يَا أَيُّهَا الكَافِرُونَ
Surah
109 - Al Kafirun
|
Pertama
|
Jumaat
|
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللهِ
Surah
110 - Al Nas
|
إِذَا جَاءَكَ المُنَافِقُونَ
Surah
63 - Al Munafiqun
|
هَلْ أَتَى عَلَى الإِنْساَنِ
Surah
76 - Al Insan
|
هَلْ أَتَاك حَدِيْثُ
Surah
88 - Al Ghashiyah
|
قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ
Surah
112 - Al Ikhlas
|
Kedua
|
|
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ
Surah
102 - Al Takathur
|
وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا
Surah
100 - Al ‘Adiyat
|
وَالَّيْلِ إِذَا يَغْشَى
Surah
92 - Al Layl
|
وَالضُّحَى وَالَّيْلِ إِذَا سَجَى
Surah
93 - Al Duha
|
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
Surah
113 - Al Falaq
|
Pertama
|
Sabtu
|
وَالْعَصْرِ إِنَّ الإِنْسَانَ
Surah
103 - Al ‘Asr
|
اَلْقَارِعَةُ
Surah
101 - Al Qari’ah
|
وَالضُّحَى وَالَّيْلِ إِذَا سَجَى
Surah
93 - Al Duha
|
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ
Surah
94 - Al Inshirah
|
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْنَّاسِ
Surah
114 - Al Nas
|
Kedua
|
|
أَرَئَيْتَ الَّذِي
Surah
107 - Al Ma’un
|
لإِيْلاَفِ قُرَيْشٍ
Surah
106 – Quraysh
|
وَالسَّمَاءِ والطَّارِقِ
Surah
86 - Al Tariq
|
وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ
Surah
104 - Al Humazah
|
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ
Surah
105 - Al Fil
|
Pertama
|
Ahad
|
إِنَّا أَعْطَيْنَاك
Surah
108 - Al Kawthar
|
أَرَءَيْتَ الَّذِي
Surah
107 - Al Ma’un
|
وَالتِّيْنِ وَالزَّيْتُوْنِ
Surah
95 - Al Tin
|
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ
Surah
105 - Al Fil
|
لإِيْلاَفِ قُرَيْشٍ
Surah
106 - Quraysh
|
Kedua
|
|
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
Surah
113 - Al Falaq
|
أَرَءَيْتَ الَّذِي
Surah
107 - Al Ma’un
|
وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا
Surah
91 - Al Sham
|
وَالتِّيْنِ وَالزَّيْتُوْنِ
Surah
95 - Al Tin
|
أَرَءَيْتَ الَّذِي
Surah
107 - Al Ma’un
|
Pertama
|
Isnin
|
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْنَّاسِ
Surah
114 - Al Nas
|
إِنَّا أَعْطَيْنَاك
Surah
108 - Al Kawthar
|
وَالضُّحَى وَالَّيْلِ إِذَا سَجَى
Surah
93 - Al Duha
|
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ
القَدْرِ
Surah
97 - Al Qadr
|
إِنَّا أَعْطَيْنَاك
Surah
108 - Al Kawthar
|
Kedua
|
لإِيْلاَفِ قُرَيْشٍ
Surah 106 - Quraysh
|
قُلْ يَا أَيُّهَا
الكَافِرُونَ
Surah 109 - Al Kafirun
|
إِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ
Surah 96 - Iqra’
|
اَلْقَارِعَةُ
Surah 101 - Al Qari’ah
|
قُلْ يَا أَيُّهَا الكَافِرُونَ
Surah 109 - Al Kafirun
|
Pertama
|
Selasa
|
أَرَءَيْتَ الَّذِي
Surah 107 - Al Ma’un
|
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللهِ
Surah 110 - Al Nasr
|
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ القَدْرِ
Surah 97 - Al Qadr
|
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ
Surah 102 - Al Takathur
|
قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ
Surah 112 - Al Ikhlas
|
Kedua
|
|
وَالتِّيْنِ وَالزَّيْتُوْنِ
Surah 95 - Al Tin
|
وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ
Surah 104 - Al Humazah
|
لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا
Surah 98 - Al Bayyinah
|
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ
Surah 94 - Al Inshirah
|
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
Surah 113 - Al Falaq
|
Pertama
|
Rabu
|
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ القَدْرِ
Surah 97 - Al Qadr
|
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ
Surah 105 - Al Fil
|
وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحاً
Surah 100 - Al ‘Adiyat
|
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللهِ
Surah 110 - Al Nasr
|
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْنَّاسِ
Surah 114 - Al Nas
|
Kedua
|
|
وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ
Surah 104 - Al Humazah
|
أَرَءَيْتَ الَّذِي
Surah 107 - Al Ma’un
|
لاَ أُقْسِمُ بِهَاذَ الْبَلَدِ
Surah 90 - Al Balad
|
إِذَا زُلْزِلَتِ الأَرْضُ
Surah 99 - Al Zalzalah
|
أَرَءَيْتَ الَّذِي
Surah 107 - Al Ma’un
|
Pertama
|
Khamis
|
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ
Surah 105 - Al Fil
|
إِنَّا أَعْطَيْنَاك
Surah 108 - Al Kawthar
|
وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا
Surah 91 - Al Shams
|
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ
Surah 102 - Al Takathur
|
إِنَّا أَعْطَيْنَاك
Surah 108 - Al Kawthar
|
Kedua
|
Surah-surah dari Al-Quran ini
dibaca pada setiap sembahyang fardu harian yang mana disyorkan dan diamalkan
oleh Al-Habib Abdullah bin Alawi bin Muhammad Al-Haddad, semoga Allah mencucuri
rahmat terhadap beliau dan keluarga beliau serta diberi ketenangan.
Jadual ini disusun dari
rujukan buku-buku karangan Al-Habib Abdullah Al-Haddad berjudulتثبيت الفؤاد atau “Pengukuhan Hati”, غاية القصد,الـمراد
dan juga buku-bukunya yang lain. Semoga Allah mencucuri rahmat atas usaha
beliau ini.
Nota: Jika masa tidak
mengizinkan, bolehlah digantikan seperti berikut:
1. Pada malam Khamis, ketika sembahyang
Isya’, dimana perlu dibaca سَبِّحِ اَسْمَ (Surah 87 - Al
A’la) dan هَلْ أَتَاك حَدِيْثُ (Surah 88 - Al Ghashiyah); bolehlah dibaca أَلَمْ نَشْرَحْ
لَكَ صَدْرَكَ
(Surah 94 - Al Inshirah) dan إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللهِ (Surah 110 - Al Nasr).
2.
Pada Jumaat pagi, ketika sembahyang Subuh, dimana
perlu dibacaآلَمِ تَنْزِيْلُ الْكِتَبِ (Surah 32 - Al Sajdah) dan هَلْ أَتَى
عَلَى الإِنْسَنِ
(Surah 76 - Al Insan); bolehlah dibaca سَبِّحِ
اَسْم َ (Surah 87 - Al A’la) dan هَلْ أَتَاك
حَدِيْثُ
(Surah 88 - Al Ghashiyah).
Jadual ini disusun oleh
Al-Habib Ali bin Essa bin Abdulkader Al-Haddad; iaitu cucunda kepada Al-Habib
Abdullah Al-Haddad. Semoga Allah mencucuri rahmatNya keatas mereka).
Langganan:
Postingan (Atom)