Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq radliyallahu ‘anh mengatakan, “tiada seorang hamba yang dianugerahi 10 hal, melainkan ia akan selamat dari berbagai bencana dan penyakit, dia sederajat dengan Muqarrabin serta akan mendapatkan derajat Muttaqin, yaitu ;
1.
Jujur yang terus-menerus disertai hati yang qana’ah,
2. Kesabaran
yang sempurna disertai dengan rasa syukur yang terus-menerus,
3. Kefaqiran
yang abadi yang diikuti dengan sifat zuhud,
4. Berfikir
yang terus-menerus disertai dengan perut yang lapar,
5.
Keprihatinan yang abadi disertai dengan rasa takut yang terus-menerus,
6. Kerja
keras yang terus-menerus disertai dengan sikap rendah diri,
7. Keramahan
yang terus-menerus disertai dengan kasih sayang,
8. Cinta yang
terus-menerus disertai dengan rasa malu,
9. Ilmu yang bermanfaat diikuti
dengan pengamalan yang terus-menerus,
10. Iman yang langgeng yang
disertai dengan akal yang kuat.”
Sayyidina
Umar bin Khaththab radliyallahu ‘anh berkata, “10 hal belum
menjadi baik tanpa dibarengi dengan 10 hal lainnya, yaitu ;
1.
Akal belum baik tanpa dibarengi dengan sikap wira’i,
2. Amal
(perbuatan) belum baik tanpa dibarengi dengan ilmu,
3.
Keberuntungan belum baik tanpa dibarengi dengan takwa kepada Allah,
4. Penguasa
belum baik tanpa dibarengi dengan keadilan,
5. Reputasi
belum baik tanpa dibarengi dengan adab (kesopanan),
6. Kesenangan
belum baik (nyaman) tanpa dibarengi dengan keamanan,
7. Kekayaan
belum baik tanpa dibarengi sikap dermawan,
8. Kefaqiran belum baik hingga
disertai dengan sikap qana’ah,
9. Ketinggian nasab belum baik
tanpa dibarengi dengan sikap tawadhu’,
10. Perjuangan menuju kebenaran
belum baik tanpa di iringi taufik Allah.”
Sayyidina
Utsman bin Affan radliyallahu ‘anh berkata, “10 hal yang paling
disia-siakan, yaitu ;
1.
Orang alim yang tidak dapat dijadikan tempat bertanya,
2. Ilmu yang
tidak diamalkan,
3. Pendapat yang benar yang tidak diterima,
4. Senjata
yang tidak dipakai,
5. Masjid yang tidak digunakan shalat,
6. Mushhaf
(Al-Qur’an) yang tidak dibaca,
7. Harta yang tidak di infakkan,
8. Kuda yang
tidak ditunggangi,
9. Ilmu zuhud yang ada pada hati orang yang cinta
dunia,
10. Umur panjang yang tidak digunakan sebagai
bekal untuk bepergian (menuju akhirat).”
Sayyidina
‘Ali bin Abi Thalib Karramallahu wajhah berkata,
1.
Ilmu adalah sebaik-baiknya warisan,
2. Etika adalah sebaik-baiknya
pekerjaan,
3. Takwa adalah sebaik-baiknya bekal,
4. Ibadah
adalah sebaik-baiknya perdagangan,
5. Amal shaleh adalah
sebaik-baiknya penuntun (menuju surga),
6. Akhlak terpuji adalah
sebaik-baiknya teman (dunia akhirat),
7. Al-Hilmu (rendah diri) adalah
sebaik-baiknya penolong,
8. Qana’ah adalah sebaik-baiknya kekayaan,
9. Taufiq
adalah sebaik-baiknya pertolongan,
10. Kematian adalah sebaik-baiknya
pendidik menuju perangai yang terpuji.”
Dikutip
dari buku “Nasihat Bagi Hamba Allah” terjemah dari
kitab "Nashaihul ‘Ibad fiy Bayaani Alfadh Munabbihatin
‘alaal-Isti’daadi li-Yaumil Ma’ad” karangan al-‘Allamah
al-Alim al-Imam asy-Syaikh Abu Abdul Mu’thi Muhammad ibnu Umar ibnu
‘Arabiy ibnu Nawawiy asy-Syafi’i at-Tanariyal-Bantaniy al-Jawiy
(1230 H - 1314 H), lahir di kampung Tanara, Serang Banten – Indonesia
dan ketika wafat di makamkan di pekuburan Ma’la Mekkah dekat dengan
makam Ummul Mukminin Siti Khadijah, istri Baginda Nabiyullah Muhammad
al-Mushthafa Shallalhu ‘alayhi wa sallam.
Beliau
diberi gelar pertama kali oleh asy-Syaikh Ahmad bin Muhammad Zain
Al-Fathaniy sebagai “al-Imam An-Nawawiy ats-Tsaniy (Imam Nawawi Kedua)”.
al-Imam Nawawi yang pertama adalah seorang Ulama agung Madzhab Syafi'i,
ulama Hujjatul Islam yang wafat di Nawa, Damsyiq (Damaskus), nama
lengkap beliau adalah al-Imam al-Hafidz al-Hujjah asy-Syaikhul Islam
Taqiyuddin Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf bin Birri bin Hasan bin
Husaini Mukhyiddin an-Nawawi ad-Dimasyqiy asy-Syafi’i, pengarang kitab
Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim, Raudhatuth Thalibin, Al-Adzkar, Arba'in
Nawawiyah, Al-Majmu’ Syarah Muhadzab, Daqaid Al-Minhaj, Minhajut
Thalibin wa Umdatun Muftiyn, dan banyak kitab lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar